Semua orang tahu, laki-laki dan perempuan yang sedang tertawa-tawa bersama di tengah-tengah acara karnaval kampus ini memiliki perasaan untuk satu sama lain. Tapi tidak ada dari mereka yang mau memulai lebih dulu untuk menyatakan perasaannya secara jelas. Semua orang juga tahu, si laki-laki dan perempuan dengan bodohnya sama-sama menunggu. Si perempuan, sudah banyak menunjukan perasaannya secara gamblang, tetapi hanya mau menunggu. Seseorang pernah bertanya padanya,

"Kenapa nggak ngomong aja duluan?"

"Biar dia aja yang bilang duluan. Aku udah berkali-kali nunjukin perasaanku, dia belum pernah. Jadi aku masih ragu, dia ada rasa juga ke aku atau nggak?" jawabnya.

Si laki-laki, sudah lama dia merasakan perasaan yang sama dengan si perempuan. Tetapi keteguhannya goyah berkali-kali karena terus melihat si perempuan yang semakin hari semakin bersinar, dikelilingi banyak prestasi dan hal-hal membanggakan, yang membuat dirinya merasa kecil dan jadi ragu, apakah dia pantas bersanding dengan si perempuan?

Keduanya ragu, dan saling menunggu.

Di tengah acara karnaval ini, mereka berkejaran seperti anak umur belasan tahun dan tertawa-tawa sampai tidak sengaja si perempuan jatuh dan melukai sikunya. Si laki-laki bergegas menghampirinya.

"Kamu nggak apa-apa?"

"Sakit" jawabnya dengan wajah memelas. "Gendong"

Si laki-laki gemas sekali melihatnya. "Ayo, bangun! Udah jangan lari-lari lagi. Kita beli obat merah yuk!"

"Ck, aku enteng kok..." Si perempuan memanyunkan bibirnya, manja.

"Yang luka kan siku kamu, kenapa jadi minta gendong?"

"Kalo digendong langsung sembuh"

Si perempuan melihat si laki-laki yang jadi diam, menimbang-nimbang apa yang harus ia lakukan. Si perempuan masih duduk selama dua menit dan hanya melihat si laki-laki yang berjalan mondar-mandir sampai akhirnya dia tidak tahan dan langsung berdiri. Si laki-laki agak terkejut melihatnya.

"Ya udah kalo nggak mau gendong" Si perempuan menepuk-nepuk celana jeansnya yang kotor terkena debu jalanan.

"Hmm... kamu marah ya?"

Ya ampun, lucunya... Pikir si perempuan. "Iya marah"

"Maaf"

Sekali lagi si perempuan ingin melihat ekspresi lucunya. "Cium dulu baru dimaafin" si perempuan memiringkan kepalanya sambil menunjuk-nunjuk pipinya.

"Hah?" si laki-laki terkejut lagi dengan aksi perempuan di depannya ini. Wajahnya menjadi semerah tomat yang direbus. Si perempuan kembali menunjuk-nunjuk pipinya. "Hei jangan bikin aku malu dong! Udah, ayo cari obat merah"

"Ya udah, oke, aku marah"

"Sebentar" Si laki-laki memegang tangan si perempuan yang sudah hampir pergi meninggalkannya. Si laki-laki tampak berpikir apa yang harus ia lakukan. Matanya melihat ke bawah, ke atas, ke si perempuan, ke bawah lagi, sesekali mengusap-usap kepalanya sendiri. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Apakah si perempuan serius? Bagaimana kalau ini cuma keisengan yang biasa si perempuan lakukan? Bagaimana kalau setelah dia kucium, dia malah jadi menjauh? Bagaimana kalau setelah ini, hubungan kita malah jadi canggung?

Si perempuan diam memerhatikan gelagatnya. Apa sih yang bikin dia jadi bingung begini? Pikirnya. Dia tetap memerhatikan si laki-laki yang menimbang-nimbang apa yang harus ia perbuat. Kali ini lebih lama, lima menit sudah terlewat dan mereka masih berdiri di sana. Di tengah acara karnaval kampus yang meriah dan ramai. Sampai akhirnya lima menit lebih itu terpecahkan dengan pertanyaan si laki-laki. "Aku bingung harus apa. Kamu serius?"

Suara ramai dari karnaval seakan hilang dari telinga dan keramaian itu jadi menghampiri isi kepala si perempuan. "'Kamu serius?' Yang benar aja? Jadi dia nggak tahu apa-apa tentang perasaan aku selama ini? Lalu harus sejelas apa lagi aku harus kasih tau ke dia tentang apa yang aku rasain?" Ekspresi kebingungan laki-laki di depannya kini tidak terlihat lucu lagi. Si perempuan jadi mempertanyakan perbuatannya selama ini. Ia merasa apa yang sudah ia lakukan tidak ada artinya. Si laki-laki meragukannya dan si perempuan merasa seakan perasaannya tidak terbalas.

Si laki-laki yang kini berganti memerhatikan ekspresi diam si perempuan merasa "Mungkin ini waktu yang tepat buat bilang ke dia yang sebenarnya", pikirnya. Si laki-laki membuka mulutnya tetapi niatnya jadi urung karena jawaban si perempuan.

"Hmm.. habis kamu nanya gitu, kayaknya aku nggak yakin"

Si laki-laki seakan terkena serangan jantung ringan. Jantungnya seakan berhenti berdetak selama beberapa detik.

"Nggak jadi deh, hehe" Si perempuan melepaskan tangannya yang sedari tadi digenggam oleh si laki-laki. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri seakan mencari sesuatu. "Eh disitu ramai banget deh, kesana yuk!"

Si laki-laki seperti disambar petir di siang bolong. Matanya kosong menatap si perempuan yang beranjak pergi menuju keramaian itu. Si perempuan berhenti dan menoleh ke belakang karena menyadari si laki-laki tidak ikut bersamanya. "Kamu mau ikut nggak?" tanyanya. Si laki-laki yang masih terdiam tidak bisa menjawab pertanyaannya. Menelan ludahnya sendiripun terasa sulit. Si perempuan menghela nafasnya. "Terserah kamu deh, aku kesana dulu ya!" kemudian berlari menuju keramaian itu dan bergabung dengan orang-orang yang ada di sana.

-------

apr 18 2021 ∞
apr 18 2021 +